GAMBARAN UMUM RABITHAH ALAWIYAH
Latar Belakang
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan
harkat dan martabat umat Islam di Indonesia, khususnya keluarga
Alawiyin melalui usaha-usaha sosial kemasyarakatan dan pendidikan serta
da’wah Islamiyah melalui pembinaan akhlak karimah serta ukhuwah
Islamiyah dalam persatuan berbangsa dan bernegara, maka dua bulan
setelah peristiwa Sumpah Pemuda, beberapa tokoh Alawiyin menganjurkan
kepada Pemerintah Belanda untuk mendirikan perkumpulan kaum Alawiyin
yang bernama al – Rabithatoel - Alawijah berdasarkan akte Notaris Mr.
A.H. Van Ophuijsen No. 66 tanggal 16 Januari 1928 dan mendapat
pengesahan dari pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1928 (1346
H), yang ditandatangani oleh GR. Erdbrink ( Sekretaris Pemerintah
Belanda).
Untuk merealisasikan program-program Rabithah Alawiyah,
beberapa waktu kemudian didirikan al-Maktab al-Daimi, suata lembaga
yang khusus memelihara sejarah dan mencatat nasab As-Saadah
Al-Alawiyyin. Maktab ini telah melakukan pencatatan di seluruh wilayah
Indonesia. pada tanggal 28 Januari 1940, jumlah Alawiyin yang tercatat
oleh Maktab Daimi berjumlah 17.764 orang. tokoh-tokoh yang telah berjasa
antara lain : Sayid Ali bin Ja’far Assegaf dan Sayid Syech bin Ahmad
bin Syihabuddin.
Realisasi Program Rabithah Alawiyah
lainnya adalah di dalam bidang social. kegiatan social yang
dilaksanakan oleh al-Rabithah al-Alawiyah antara lain mendirikan Panti
Asuhan Daarul Aitam pada tanggal 12 Agustus 1931 di jalan Karet No. 47,
yang dipimpin pertama kali oleh Sayid Abubakar bin Muhammad bin
Abdurrahman Al Habsyi.
Perkembangan kegiatan masyarakata
Alawiyin khususnya dan keturunan Arab umumnya di kemudian hari mengikuti
pasang surutnya pergerakan politik di Indonesia. Di antara mereka
banyak yang terjun ke bidang politik, bergabung dalam organisasi Partai
Arab Indonesia (PAI), mengingat partai-partai Nasionalis masih belum
membuka diri untuk keturunan asing.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan dan PAI
dibubarkan, mereka berkiprah di partai-partai politik sesuai dengan hati
nurani masing-masing. sedangkan perkumpulan al-Rabithah al – Alawiyah
sebagai kelanjutan dari perkumpulan Jami’at Kheir tetap bergerak pada
bidang sosial kemasyarakatan.
Hingga kini Rabithah Alawiyah
mempunyai jaringan kerja dengan majlis-majlis taklim di seluruh
Indonesia yang dikelola oleh kaum Alawiyin. Di samping itu Organisasi
ini juga memfasilitasi pendirian lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
tingkat taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi.
Dalam rangka ikut mensukseskan wajib
belajar, Rabithah Alawiyah telah memberikan bea siswa untuk anak-anak
Alawiyin dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sampai saat ini bea
siswa telah diberikan kepada 4.040 anak. Sedangkan di bidang kesehatan,
Rabithah Alawiyah telah memberikan bantuan kepada 1.659 orang dalam
bentuk bantuan sosial kesehatan.
Kiprah keluarga besar Rabithah Alawiyah
terhadap kepentingan Nasional secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
melalui Lembaga Pendidikan Formal. Pesantren, majlis taklim, majlis
dzikir, lembaga kursus ketrampilan yang tersebar di seluruh Tanah Air,
turut serta berperan aktif mencerdaskan juga mendewasakan kehidupan
berbangsa dan bernegara, membangun perekonomian rakyat serta menumbuh
kembangkan kecintaan terhadap Negara Persatuan dan Kesatuan Republik
Indonesia.
Selain itu Rabithah Alawiyah juga
berusaha mewujudkan Muslim/Muslimah Indonesia selaku warga Negara yang
berakhlakul karimah, mempunyai keperdulian dan turut serta bertanggung
jawab mengentaskan kemiskinan dan turut perduli di dalam mengatasi
persoalan-persoalan sosial yang terjadi ditingkat local maupun Nasional
di Tanah Air.
Pendiri al Rabithatoel Alawijah
Perkumpulan al Rabithatoel Alawijah berdiri pada tahun 1346 H bertepatan dengan tanggal 27 Desember 1928 Masehi.
Adapun para Anggota Pengurus yang pertama kali dari perkumpulan ini adalah mereka yang mendirikan yaitu :Sayyid Muhammad bin Abdurrahman bin Syihab | ( Ketua Umum ) |
Sayyid Abubakar bin Abdullah Alatas | ( Wakil Ketua I ) |
Sayyid Abdullah bin Ali Alaydrus | ( Wakil Ketua II ) |
Sayyid Abubakar bin Muhammad Al-Habsyi | ( Bendahara I ) |
Sayyid Idrus bin Ahmad bin Syihab | ( Bendahara II ) |
Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf | ( Sekretaris ) |
Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi | ( Pengawas ) |
Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad | ( Pengawas ) |
Sayyid Alwi bin Thohir Al-Haddad | ( Pengawas ) |
Sayyid Umar bin Abdullah Az-Zahir | ( Pengawas ) |
Sayyid Abdullah bin Abubakar Al-Habsyi | ( Pengawas ) |
Syekh Salim bin Ahmad Bawazir | ( Pengawas ) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar